adsense

Selasa, 28 Desember 2010

6 Bulan, Terakhir ...

“Saya bukan "robot", saya tahu rasa sakit itu seperti apa, saya juga tahu rasanya diabaikan itu seperti apa”

Ini tentang perasaan saya kepada seseorang. Dia (mungkin) mengira saya adalah "robot" yang tidak memiliki perasaan dan tidak dapat merasakan sakit, sehingga dia bisa mengabaikan saya sesering yang dia suka. Saya selalu memberi perhatian terbaik yang bisa saya berikan, sesering mungkin saya mengingatkan dia agar tidak telat makan, dan sesabar mungkin saya mendengar semua cerita dan permasalahannya. Sayangnya, usaha terbaik saya lebih sering mendapat pengabaian, kadang dia merespon tapi respon itu tidak dia berikan dengan sungguh-sungguh. Respon itu malah terlihat seperti penghiburaan untuk seorang "robot" yang telah kelelahan dan kebingungan.

6 bulan terakhir ini, saya tidak mengerti, apakah semua yang saya lakukan untuk dia adalah hal yang sia-sia atau tidak? Saya tidak mengerti, apakah benih baik yang saya tabur telah siap menuai kebaikan yang saya harapkan atau tidak menghasilkan sama sekali.

Memang saya labil dan tidak cerdas secara emosi. Saya pernah mencoba berkali-kali untuk melupakan dia, sayangnya hal itu tidak dapat dilakukan secara instan. Status ini menyesakan, saya berada dalam posisi yang lebih sering diabaikan. Dia memanggil saya dengan sebutan "Dek", panggilan itu semakin membuat saya sesak dan lelah untuk berharap. Apakah yang saya lakukan selama ini adalah rencana pembahagiaan atau sesuatu yang berpeluang membuat saya kesakitan? Dia berkata sayang dan kangen, tapi kenyataannya dia selalu menggantungkan perasaan saya hingga saya merasa lelah. Dia berkata sayang dan kangen, tapi kenyataannya dia tidak pernah membuktikan sayang dan kangen itu melalui tindakannya yang cenderung sangat amat cuek. Dia berkata maaf, tapi kenyataannya dia mengulang kesalahan yang sama, lagi dan lagi. Bahkan, saat saya menunjukan sikap lelah untuk berharap, dia belum tentu peduli dan memikirkan perasaan saya. Komunikasi yang tercipta satu arah, selalu inisiatif dari saya. Dia tak kunjung memberi kejelasan. Saya benci diabaikan.

Kalau benci diabaikan, lalu kenapa saya tetap bertahan saat saya perhatian tapi dia tidak? Kenapa saya bertahan saat saya merasa kangen tapi dia tidak? Kenapa saya bertahan dianggap “robot”? Kenapa saya bertahan diabaikan? Bahkan semua wanita normal pun tidak ingin mengalami hal seperti ini, tapi kenapa saya bertahan?

Saya memang tidak menuntut status, karena menurut saya perasaan yang kuat tidak dilambangkan dari status. Saya memang tidak pernah menuntut perhatian lebih, karena menurut saya, dia adalah orang yang memiliki segudang kesibukan yang (mungkin) tidak punya waktu untuk memikirkan orang lain. Saya tidak pernah menuntut dia untuk memanggil saya dengan sebutan "sayang", "beb", "dear", or many more, karena menurut saya, panggilan belum tentu melambangkan perasaan seseorang.

Kamu memang pernah membajak otak saya. Disetiap selnya berisi KAMU. Saya sering menulis tentang kamu, memikirkan kamu dan merindukan kamu. Tapi, saya pun juga harus memikirkan, apakah saya merasa bahagia saat menyayangi dan memberi perhatian kepada kamu dengan tulus? Saya percaya, cinta itu harusnya mengobati bukan melukai. Saya lelah, kebingungan. Kamu tidak kunjung memberikan tanda. Saya bukan "robot", saya tahu rasa sakit itu seperti apa, saya juga tahu rasanya diabaikan itu seperti apa.

6 bulan terakhir, kamu yang terbaik. 6 bulan terakhir, cuma kamu yang dapat menyakiti saya dan cuma kamu yang bisa jadi obatnya. 6 bulan, terakhir ...

Jumat, 17 Desember 2010

agama harusnya TIDAK mengkotak-kotakan


"Aku gemar berdoa. Bercerita pada Tuhan tentang kita. Dalam persepsiku, Tuhan ikut bahagia. Walau kita menyebutNya dengan nama berbeda" - Dwitasari

Seusai sholat Ashar, aku menjemput dia di gereja. Aku menunggu di depan gereja bersama motor tuaku buatan sebelum masehi saat kerajaan Singosari masih berdiri. Tatapanku lekat ke bagian samping gereja. Di sebuah ruangan di samping gereja, ada seorang wanita dengan senyum simpulnya menyalami anak-anak kecil yang keluar dari ruangan itu. Wanita itu bernama Bianca. Wanita yang tiga tahun terakhir ini aku anggap penting, terpenting kedua setelah ibuku. Wanita ini berbeda, Minggu sore biasanya seorang wanita menghabiskan sisa weekend mereka dengan "gentayangan" di berbagai trade center, tapi Bianca menghabiskan Minggu sorenya untuk mengajar anak-anak sekolah minggu di gerejanya. Dia menyayangi anak-anak seperti aku menyayangi dia atau mungkin sangat amat menyayangi.
"Udah lama ya, Gil?" sapanya ringan tapi mengagetkanku.
"Ragil Kurniawan! Delapan tahun kenal tetap aja panggil Gil Gil, Gila! Nggak, aku juga baru nyampe kok."
"Sensi banget! Laper ya? Eh, ada rumah makan bakmi di dekat gerejaku. Kata temenku enak lho. Coba yuk! Aku yang traktir!"
"Boleh. Kalau aku nambah, kamu bayarin juga kan?"
"Iyadeh. Makan sekalian sama piring-piringnya deh ya!"
"Sekalian sama gerobak deh."
"Ih, cepet ah! Aku laper!" Dia memasang tampang cemberut sambil menaiki sepeda motorku. Cuma dia satu-satunya wanita yang mungkin tidak malu menaiki sepeda motor tua dengan pengendara acak-acakan seperti aku ini.
***
"Bakminya ternyata enak! Aku kira enaknya cuma kata orang-orang aja. Ternyata enak beneran!" Dia berkata dengan penuh keyakinan, untuk meyakinkan otakku mungkin.
"Semua bakmi ya rasanya kayak gini!"
“Sstt.. frontal banget sih!” Dia menarik hidungku sampai merah. 
"Sakit!"
“Lebay! Baru ditarik pake tangan kan, bukan pake garpu bangunan!”
“Sangar banget sih!” Aku membalas menarik hidungnya tapi dia malah tertawa. Aku menikmati suasana ini, suatu saat mungkin aku akan merindukan saat-saat seperti ini. Sungguh, aku ingin menjadikan dia sesuatu yang satu-satunya kulihat saat bangun pagi, tapi kita berbeda, bumi dan langit. Sesuatu yang kita yakini, agama, malah menjadikan kita terasa benar-benar berbeda.
***
Sesampainya di rumah, aku melihat mama sedang menonton televisi. Aku duduk di samping beliau dan mencium tangannya. Tanpa berkata-kata, aku langsung meninggalkan beliau menuju kamar.
“Jemput Bianca lagi ya?” suara mama yang tinggi mengagetkanku.
“Iya,Ma.”
“Kamu tuh nggak ngerti ya kalau mama bilangin! Selesai salat Ashar, langsung pulang! Nggak usah kelayapan dan sok-sokan baik jemput-jemput Bian! Emang dia mau ngasih apa kalau kamu jemput? Emang dia siapa sampe kamu repot-repot buat jemput?”
“Berbuat baik kan nggak salah,Ma.”
“Mama gak suka liat kalian sering-sering berdua. Kamu ngapain sih deket-deket sama dia? Mending kamu cari wanita yang lebih pantas, seagama, jilbaban, terus kenalin ke mama. Gitukan lebih baik!”
"Tapi, Ma. Seharusnya agama itu tidak mengkotak-kotakan!" Aku berkata kepada ibuku dengan nada tinggi, kesal.
"Kalian berbeda agama. Beda cara beribadah, berbeda pula siapa yang kalian sembah. Begitu pula dengan ideologi hidup kalian! Agama berbeda maka berbeda juga tujuan hidup di dunia ini. Kalian tidak akan bersatu! Alam semesta mau sesuatu yang seimbang, bukan sejoli angkuh seperti kalian!" Ibuku menghujani perkataan yang membuat aku tambah kesal, hatiku sakit, teriris.
"Tuhan itu cuma satu! Hanya cara-cara menyembahNya saja yang berbeda!" Aku berjalan, membanting pintu kamar.
***
Seperti hari Minggu biasanya, selesai sholat Ashar, aku menjemput Bianca di gereja. Selesai menyalami anak-anak sekolah Minggu, dia menghampiri aku yang sedang duduk dimotorku. Dia melipat wajahnya, seperti menyembunyikan sesuatu.
"Maaf ya, Gil. Aku mau pulang sendiri. Tapi, nanti malam kita ketemu di tempat biasa ya. Aku mau membicarakan sesuatu dan itu butuh tempat sepi." Nadanya menyimpan banyak perasaan getir. Aku takut.
***
Di bawah sinar rembulan, aku menatapnya lekat.
"Aku gemar berdoa. Bercerita pada Tuhan tentang kita. Dalam persepsiku, Tuhan ikut bahagia. Walau kita menyebutNya dengan nama berbeda." Dia berbicara dan menatapku, dalam.
"Tapi kok aku nggak merasa Dia bahagia? Aku ke masjid, kamu ke gereja. Delapan tahun kita menjalani itu semua, tapi orang-orang sekitar menganggap kita bodoh. Mereka menertawakan dua orang berbeda keyakinan yang sering menghabiskan waktu bersama, berdua. Bukan untuk berzinah tapi untuk meyakinkan pada dunia bahwa perbedaan bukan alasan untuk tidak saling mengasihi. Mereka bilang kita pacaran, tapi jutaan kali kita mengatakan sahabatan. Ah.. Sahabatan. Status yang selalu membuatku sesak. Padahal, aku begitu menyayangimu, Bi. Bahkan saat mereka menganggap kita berdua bodoh!" Aku berkata dengan segala kesesakan yang aku rasa. Lega.
"Aku juga sayang sama kamu, Gil. Ini yang selalu membuatku semakin sesak saat ngeliat mata kamu. Harusnya dunia gak sekeras ini sama kita." Dia berkata dengan penuh kejujuran, aku merasa sesak.
"Mungkin ini akan ngagetin kamu, bulan depan aku akan mengikuti seminari suster. Seumur hidupku akan kuberikan untuk melayani Tuhan. Aku udah mikirin ini jauh-jauh hari, jadi jangan tanya kenapa karena pasti jawabannya akan benar-benar panjang!" Dia berkata dengan perasaan resah dan gundah, seperti tidak yakin bahwa dia bisa melakukan hal itu.
          "Kamu yakin?"
"Keyakinan itu bisa datang karena terbiasa dan mengerti apa yang diyakinki. Aku gak yakin bisa ninggalin semua, termasuk kamu…" Dia berkata dengan mata memerah, menahan tangis.
"Kamu akan menemukan tulang rusukmu, Gil, yang jelas bukan aku. Kamu akan menemukan yang terbaik, lebih baik daripada aku."
Aku terdiam, tidak bisa menahan air mata. Aku terlihat seperti lelaki bodoh, menangis di depan wanita yang aku cintai dan begitu berarti.
"Aku mungkin bakal kangen sama kamu. Tapi aku gak harus terenyuh dan terlalu memikirkan kangen itu,Gil. Kamu dan aku akan baik-baik saja."
Aku tidak bisa berhenti menatap matanya yang benar-benar merah. Dia benar-benar ingin menunjukan padaku bahwa dia adalah wanita yang kuat.
"Pulang yuk, udah malam." Dia menarik lengan bajuku, pertanda agar aku segera menaiki sepeda motorku.
Akhirnya kami pulang dan masih menyimpan banyak sakit. Tuhan belum puas membunuhku dengan harapan-harapan kosong yang aku buat sendiri.
Butir-butir air membasahi tanganku. Hujan. Walaupun masih rintik-rintik. Aku takut, Bian kehujanan. Butir-butir hujan itu semakin bertambah, rintik-rintiknya menjadi deras. Dingin, aku merasa begitu dingin. Dari belakang, dia menggenggam bahuku. Memelukku dengan erat. Jika seperti ini, aku ingin merasa terus kedinginan, agar dia bisa terus memelukku. Pertama kali dan terakhir kali dia memelukku, sebelum aku mengikhlaskannya sebagai kekasih Tuhan.

Rabu, 08 Desember 2010

Cinta datang karena terbiasa?

"Cinta datang karena terbiasa jika keterbiasaan itu terjadi dengan ketidaksengajaan" -

          Tak disangka, bulan ini dia akan menikah. Dadaku sesak. Seharusnya aku ikut bahagia ya? Sahabatku, teman baikku, cinta pertamaku akan segera menikah. Bukan dengan aku tapi dengan yang lain.
***
          "Kamu ini ya, seringnya bikin kaget! Tapi aku seneng lho secepat ini kamu akan melepas masa lajangmu."
          "Ini bukan mauku!" Jawabnya, ketus.
          "Hmm.." Aku menatapnya sebentar, lalu kembali mengetik naskah novelku. Dia mengganggu aku yang sedang berimajinasi.
          "Witing tresno jalaran soko kulino." Dia berkata dengan terbata-bata, berdiri dari bangkunya lalu berpindah tempat duduk, disampingku.
          "Datangnya cinta karena terbiasa." Aku menatapnya sebentar, menoyor kepalanya lalu kembali mengetik lagi.
          "Ih, dengerin gue dulu dong!" Dia menjambak rambutku, memaksaku, lenjeh.
          "Apaan?" Aku menatapnya ogah-ogahan dan meninggalkan naskah-naskah itu sejenak.
           "Menurut elo perjodohan itu apa?"
            "Zaman Siti Nurbaya." Jawabku, seadanya.
           "Gue dijodohin! Perjodohan itu menyeramkan! Dua orang yang tidak saling mengetahui satu sama lain dipertemukan dalam suatu waktu dan tempat. Bukan untuk perkenalan tapi untuk menentukan tanggal pernikahan! Pernikahan.. Negeri antah-berantah atau mungkin sesuatu yang lebih gila daripada rumah sakit jiwa!"
            "Kenapa elo gak nolak aja?"
            "Elo mau tahu, kenapa gue gak bisa nolak?"
            "Apa?" Jawabku, penasaran.
            "Perjodohan itu salah satu 'alat' pembahagiaan"
            "Maksudnya?"
            "Gini.. Perjodohan itu emang gak bikin gue terlalu bahagia tapi perjodohan itu bisa membuat orang-orang disekitar gue bahagia." Dia berkata dan menatapku dalam-dalam.
            "Hmm.." Ibarat paragraf, aku sudah mengetahui komplikasi masalahnya.
            "Elo tahu kan nyokap gue? Dia gak bisa bertahan hidup kalau enggak dikasih suntikan insulin berkala. Dengan perjodohan ini, gue pengen ngebuat beliau setidaknya bahagia karena menikah dengan wanita yang beliau pilihin buat gue. Nyokap gue bilang cinta itu bisa dateng kalau terbiasa. Terbiasa bertemu, terbiasa saling berbagi, terbiasa saling perhatian maka cinta akan datang dengan sendirinya." Dia menjawab semua pertanyaan yang timbul di otakku kala itu.
            "Tapi ini berat!" Dia berkata padaku dengan nada tinggi.
            "Kenapa?" Aku kembali bertanya padanya.
            "Gue harus ninggalin sesuatu yang menurut gue bisa bahagiain gue secara penuh. Termasuk seorang wanita yang selama ini mengisi kekosongan hati gue."
            "Kalau tujuannya mulia, Tuhan pasti ngasih yang terbaik buat elo. Walaupun elo harus ninggalin semua hal yang menurut elo bisa membuat elo bahagia." Aku berusaha menenangkannya, walaupun aku juga merasa miris dan getir.
***
          Tanpa ditunggu pun, pernikahan itu terjadi. Aku melihat disana, seorang laki-laki dan seorang perempuan duduk di pelaminan, diberi hujanan ucapan dan salaman kebahagiaan dari semua tamu undangan.
          Aku melihat cinta pertamaku, duduk dipelaminan bukan denganku tapi dengan yang lain. Aku berjalan ke pelaminan untuk memberikan ucapan. Sulit memang, menahan perkataan hati yang berkecamuk saat itu, menahan air mata agar tidak mempermalukan aku di depan dia, cinta pertamaku. Dan jika air mata itu jatuh di depan dia, aku akan berkata bahwa ini adalah air mata bahagia.
***
          6 tahun berlalu. Aku masih sendiri dan masih menyukai menulis. Buku terbaruku laris dipasaran dan cetakan pertama terjual habis selama 1 bulan. Bagaimana dengan dia? Dia hidup bahagia dengan istri dan kedua anaknya di Brunei Darussalam, dia bekerja sebagai salah satu petinggi perusahaan perminyakan di daerah sana.
          Hari ini, dia berkunjung ke Indonesia. Pulang kampung katanya. Melalui chat YM, dia berjanji akan menemui saya setelah menemui ibunya yang kesehatannya berangsur membaik.
***
          "Udah lama ya?" Aku segera duduk disampingnya dan mengulurkan tangan.
          "Cuma salaman? Udah lama gak ketemu juga!" ia menatapku hangat lalu mencium pipiku, "Jangan bilang istriku ya!"
          "Apaan sih! Emang istrimu bakal mutilasi kamu kalau kamu cuma nyium pipi sahabatmu? Hahaha." Candaku membuat dia juga ikut tertawa.
          "Haha. Jadi elo masih single ya?" Dia mengawali pembicaraan.
           "Orang mah kalau baru ketemu itu nanya kabar, bukan nanyain status! Iyeee single haha kenapa?" Aku menjawab pertanyaannya dengan ringan.
           "Tahan banget!"
           "Well, masih banyak yang harus gue kejar. Masih banyak orang yang harus gue bahagiain."
            "Jangan terlalu keasikan sendirian lo!"
            "Cerewet! Gimana kabar istri lo dan anak lo?" Aku bertanya.
            "Istri gue baik. Anak gue udah 2. Yang pertama udah 4 tahun, yang kedua masih 2 tahun. Gimana buku lo? Masih tentang cinta-cintaan lebay? Hahaha" Jawabnya seadanya, benar-benar tidak berubah sejak 6 tahun berlalu!
            "Cinta itu MISTERIUS, ga bisa dipegang tapi kerasa nyata. Makanya gue gak berhenti buat menulis tentang cinta."
            "Oh." Jawabnya pendek, sepertinya dia tidak tertarik dengan pernyataanku.
            "Witing tresno jalaran soko kulino. Cinta datang karena terbiasa. Jadi, cinta itu sudah datang kan!" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan ke bahan pembicaraan yang menurutku ringan-ringan saja.
            Dia terdiam dan menatapku kosong. Apa aku salah bicara? Ups.. Sepertinya aku melakukan suatu kesalahan!
            "Belum." Dia menjawab sambil memakan hidangan masakan yang sudah tersedia di depan kami. Tidak berselera.
            "Gue salah ngomong ya?" Aku kagok, terdiam.
            "Ternyata lo masih inget tentang cerita gue yang perjodohan itu ya?"
            "Iya. Karena cerita lo itu bukan main-main."
            "Tujuan gue gak nolak perjodohan itu bukan cuma gue pengen membuat nyokap gue bahagia tapi gue juga pengen segera punya keluarga dan anak, cuma itu..." ucapnya dengan napas yang ditenang-tenangkan, agar terdengar tak terlalu menyedihkan, "Istri gue bisa memberikan itu semua dan dengan pernyataan cinta datang karena terbiasa itu, gue percaya suatu saat gue bisa mencintai istri gue dengan tulus...." ia menghela napas, mencoba merangkai kalimat yang pas, "Tapi semua berjalan gak sesuai kemauan gue. Istri gue, anak gue, kebahagiaan nyokap gue, semua kosong! Gue membiarkan semua mengalir tanpa pilihan gue. Buat menyesal bener-bener udah telat. Dan bodohnya lagi, bagian hati gue masih diisi dengan wanita itu, bukan dengan istri gue!" Dia menjawab pertanyaanku dengan lengkap. Aku merasa bersalah.
            "Sorry lho, gue gak maksud ikut campur soal kehidupan pribadi lo. Kita ganti topik ya?" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
            "Mungkin ini saatnya gue ngasih tahu lo. Elo mau tahu siapa wanita yang bertahun-tahun mengisi kekosongan hati gue?" Dia menjawab pertanyaanku dan membuatku penasaran.
            "Nggg.. Rahasia hati lo, jangan dibuka ke gue! Gue comel lho! Haha"
            "Tapi elo harus tahu!" Dia berkata dengan sangarnya dan begitu memaksa!
            "Siapa?" Aku bertanya dengan nada penasaran.
            "Elo.." Dia menjawab pendek tapi mengagetkan!
            "Gue? Lucu lo! Makan yuk!" Aku tidak percaya dengan jawabannya yang membuat dia terlihat bodoh.
            "Gue suka cara lo memandang gue. Gue suka kebiasaan lo saat bertemu gue. Gue suka kebiasaan lo berbagi sama gue. Gue suka kebiasaan lo memberi perhatian ke gue. Cinta datang karena terbiasa jika keterbiasaan itu terjadi tanpa ketidaksengajaan. Tapi, semua kebiasaan yang terjadi secara tidak sengaja bersama lo, gue jadi tahu cinta itu segila apa!" Jawabannya membuat aku shock! Aku seperti tidak percaya dengan semua yang dikatakannya. Aku terdiam, tidak bisa berhenti menatapnya, sesak.
            "Dan untuk hal yang terparah, bodoh dan tololnya, gue ngerasain hal yang sama.Cinta itu gila, dia membuat kita ga rasional! Jujur, gue pengen banget menikah dengan cinta pertama gue, tapi ternyata dia keburu menikah dengan orang lain." Tanpa sengaja aku berkata padanya, benar-benar lisan dan tanpa kesengajaan.
            "Siapa?" Dia bertanya padaku, penasaran.
            "Elo lah! Pake nanya lagi!"
            Beberapa detik kami butuhkan untuk saling menatap. Sorotan matanya tergeletak lemah dimataku. Dia mengulurkan tangannya ke bahuku. Dia menatapku dalam dan lekat, memelukku dengan erat. Suami orang lain, cinta pertamaku, saat ini memelukku dengan erat. Tak pernah aku merasa sehangat itu.

Minggu, 28 November 2010

Kangen

Aku kangen. Beneran. Mungkin ini terdengar aneh.
Namamu merangsuk masuk ke otakku diatas hapalan Biologi
yang terlanjur lebih dulu masuk ke otakku.

Kamu menggangu sekali
2 hari yang lalu, kemarin dan hari ini, kamu kembali
Dimana lagi?
Di otak dan hatiku kali ini!

Jujur
Aku benci.
Kamu datang, memberi kabar, lalu pergi tanpa permisi
Selalu dan selalu kamu sibuk sendiri!

Ingin rasanya, kamu segera saya miliki
Tapi, mengingat kata-katamu kemarin, aku menggigil
Kalau aku bom, aku sudah meledak dari kemarin
Sakit ya? Tapi itu realita, saya cuma butuh waktu untuk menerimanya.

Sore dan hujan.
Hujan khas Bogor.
Deras dan bau tanah basah

Saya gerah,
gerah ingin ke kota itu segera.
Segera menemukan hati yang pernah tertinggal di sana.
Jogja.

Kangen.
Berharap kamu tahu
walaupun sebenarnya kamu tak akan pernah tahu
Berharap kamu peduli
walaupun kamu tipe orang yang cuek setengah mati

Kangen
Tapi aku berusaha untuk tak kangen
Rumit ya? Kangen itu memang selalu rumit kok!
Lebih rumit lagi, kalau saya merasakannya tapi kamu tidak merasakannya
Cara terbaik adalah menahannya, melupakannya, atau mungkin membuangnya jauh dari otak saya, segera!
Berhasil atau tidak? Itu urusan belakangan.

Jika saya rindu, cukup menatap jendela
mengetuk-ngetuknya dengan tangan
 berharap nafasmu ikut berembun disitu.

Terobati atau tidak?
Itu urusan belakangan

lebih perasa, lebih PEKA

Pagi ini, saya bangun dengan mata benar-benar mengantuk. Seusai doa pagi dan saat teduh, saya membaca inbox handphone saya. Tidak ada pesan baru. Saya harus membiasakan diri untuk mengahadapi sepinya handphone akhir-akhir ini.
Tidak ada yang saya lakukan, menatap langit-langit kamar, dan suara arina ephipania memenuhi kamar saya, This Conversation. Saya mengingat suara mas yang kemarin saya dengar dari handphone dua hari yang lalu. Mas yang pernah saya ceritakan, pria yang tidak jenuh untuk mencintai ayahnya secara penuh.

Kami bercerita panjang lebar. Tentang keluarganya, perkembangan adiknya, dan beberapa poin yang sempat tidak dijelaskan tapi akhirnya dijelaskan juga. Tapi poin yang paling saya sukai adalah saat saya bertanya : "ada dua individu, dulu saling mencintai dan saling melindungi, setelahnya mereka memutuskan untuk berjalan masing-masing. Si wanita masih benar-benar mencintai pria tersebut tapi pria tersebut dengan cepat sudah naksir dengan wanita lain. Apa tampang benar-benar menjadi jaminan? Semua laki-laki itu sama ya! Heran!" Mas itu berpikir lama sekali. Rasakan! Skak mat

Beberapa menit kemudian..
Dia berkata, "Gini lho, Dek".
Saya menjawab, "Apa?"
"Setelah semua berakhir, akan ada banyak orang yang keluar masuk dalam hidup kita, entah itu menyenangkan atau tidak, tapi orang-orang yang keluar masuk tersebut pasti meninggalkan kesan dan rasa. Jadi mungkin, kemampuan untuk melupakan yang lalu itu agak cepat walaupun harus perlahan-lahan. Rasa itu bisa macem-macem, termasuk perasaan naksir dengan yang lain." Kata-katanya sih ga pasti kayak gini, tapi intinya sama seperti yang dia katakan.
"Oh" Saya menjawab pendek. Jawabannya tidak sesuai dengan yang saya mau. Dia menjawab secara umum. Padahal yang saya mau, dia juga mejelaskan kenapa dia melakukan hal yang sama? Mengakhiri dan naksir pada yang lain dengan begitu cepat.

Tapi kalau boleh saya berpendapat. Pendapat Mas itu ada benarnya, ada benarnya jika dirasakan oleh orang yang KURANG PEKA. Hidup seseorang itu, ya memang begitu. Ada yang datang dan pergi, lari dan berhenti, dan memang akan ada banyak orang yang mengisi. Tapi bagi seorang wanita, melupakan sesuatu yang pernah "mengisi" hidupnya itu tidak semudah pria mengganti pakaian atau mungkin pasangan. Dan, akan teramat sulit untuk melupakan seseorang jika wanita itu tidak hanya mencintai pria tersebut tapi juga mencintai keluarganya. Wanita, ya, memang seperti itu, sulit melupakan. Wanita bukannya bersikap berlebihan, tapi mereka memang lebih perasa dan peka.

Rabu, 18 Agustus 2010

Dating with brondonk

Dating dengan Pacar Brondonk, wahhhh……, gila man…, nggak banget rasanya. Jauh dari kata memuaskan. Jauh dari kata gemerlap, glamor, pokoknya super standard banget lah. Ketemuan, makan nongkrong, pulang. Udah gitu aja, gak ada istilah dugem, dan hal-hal yang berbau negatif lainnya yang dilakukan. Seru sich, jalan berdua, pegangan tangan, bercanda, tapi kalo dah terbiasa dating dengan anak yang BUKAN tergolong anak ABG, jangan coba2 deh, yang ada malah boring. Entah akunya yang terlalu hancur, atau dianya yang terlalu alim yach????

Hanya tuhan yang tau.., ahahahahah…

Yach, hari ini emank bisa dibilang hari yang aku hindari atau yang aq tunggu-tunggu, aku sendiri juga nggak tau. Yang pasti ini adalah saat pertama kali aku kencan dengan pacar baruku. Jam 11 teng aku dah ada di mall itu, karena emank kita janjian ketemuan jam segitu, tapi nyatanya??? Satujam setelah itu baru dia menampakkan batang hidungnya. Dongkol sich, tapi aku berusaha menampakkan wajah bahagiaku karena aku nggak mau merusak acara kencan pertamaku dengan dia. Setelah itu kami langsung pergi untuk makan disebuah restoran yang ada didalam mall tersebut. Selagi menunggu menu yang dipesan kami pun mulai ngobrol panjang lebar sambil sesekali otak-atik netbook, yach…, apalagi kalo bukan buka facebook sambil berbalas coment dengan orang yang entah ada dimana. Cukup lama kami ada disana, setelah makanan habis kami langsung pergi ke belakang mall yang berada di pinggir pantai. Bercanda lagi donk tentunya.., sambil sedikit bermesraan, dan akhirnya pulang deh. Tragisnya lagi ini kali pertamanya aku pulang naik angkot bersama pacarku.., hahahhaha. (maklum boyy.., di kota orang Cuma sementara, gak ada kendaraan) terpaksa deh naik mobil dengan sopir pribadi dan gaji per trayek sekali jalan.

Abg atau wanita dewasa???


Catatan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya selama menjalani beberapa hubungan dengan wanita yang umurnya berbeda-beda. Banyak pria yang menginginkan sosok wanita yang dewasa, pengertian, tidak kekanak-kanakan, dan yang pasti mempunyai tujuan yang sama dan misi yang saling berkaitan untuk menuju suatu jenjang yang lebih tinggi. Namun banyak pria yang salah kaprah terhadap pengertian dewasa itu sendiri. Patokan yang sudah menjadi rahasia umum adalah umur, kalo umurnya tua ya dewasa. Apa itu bisa dijadikan sebagai jaminan? Nggak juga, tapi berdasarkan pengalaman saya, sebagian besar memang iya. Tapi yang ingin saya angkat disini bukanlah hal tersebut, melainkan membuktikan apa yang sibuk dibicarakan oleh anak muda jaman sekarang bahwa Anak baru gede itu ternyata memang jiwanya masih labil, kalau saya boleh membandingkan, hanya ada 2 dari 100 wanita ABG yang memiliki sikap dan sifat yang dewasa yang telah berfikir matang dalam setiap hubungannya. Berdasarkan pengalaman pribadi saya beberapa waktu yang lalu, saya sempat berhubungan dekat dengan seorang pelajar SMA (boleh dikatakan pacaran). Dari sifatnya dia terlihat dewasa, gaul, dan mampu untuk beradaptasi denganlingkungan. Namun seiring waktu kami melalui hari demi hari bersama, tak ada satu minggu apa yang dikatakan orang ternyata mulai nampak, sifat asli dari seorang anak manusia yang masih ber umur 16 tahun mulai bermunculan. Tidak mau mendengarkan nasehat, egois, cemburu buta, bahkan untuk berteman dengan orang terdekat yang dia pun tau kalau tak mungkin ada sesuatu diantara kami pun tidak boleh, super duper over protective banget lah…..

Terlebih lagi kalau udah marah, ampun dah, semua keluarganya disebut, anjing, babi, kecoa, monyet, dan segala macam bentuk caci makian tak ada yang lolos dari ucapannya. Ini yang terkadang membuat sebuah hubungan menjadi renggang. Nahh…., disinilah kedewasaan seorang pria di uji, jika dia emank pria dewasa yang mempunyai tujuan baik untuk membimbing, pasti dia akan bertahan dengan prinsipnya dan berusaha untuk memahami keinginan dari pasangannya, tapi lain jadinya jika si pria itu juga mempunyai sifat yang sama, arogan dan keras kepala. HABIS TUH HUBUNGAN…..!!!!!!

Selasa, 03 Agustus 2010

keren kagak tuh bocah?
padalah lagi jualan, masih sempat2nya aja action.hahahhaa...., kuala samboja... I love U

Jumat, 16 Juli 2010

Minggu, 27 Juni 2010

MEREKA YANG SAAT INI MENEMANIKU DALAM KESENDIRIAN




AKHIR SEBUAH PERJUANGAN CINTA


“Aku mau married Tahun depan”, Betapa terkejutnya aku mendengar kata-kata itu keluar dari mulutmu ketika aq tengah berharap dirimu kembali, hingga membuatku tak bisa berkata apa-apa sejenak.

Hari minggu ini banyak sekali kejadian yang menimpaku, terutama kejadian yang sangat menyentuh hatiku dan membuatku semakin tak bisa berbuat apa-apa, jalinan cinta kita yang telah kita jaga selama beberapa bulan belakangan ini, kini sudah benar-benar tidak bisa diselamatkan lagi, aku mengerti emang ini bukan murni keputusan kamu siska, tapi aq belum bisa menerima apa yang harus aku alami sekarang, butuh waktu buat aq untuk bisa bangkit dari keterpurukan ini, aq masih inget banget saat paling bahagia yang pernah kita jalani bersama, kita lalui suka dan duka bersama, diantara perbedaan yang takkan mungkin bisa di persatukan bagi yang tidak memiliki kekuatan cinta.

Namun perbedaan itu pula yang menyebabkan kita bisa saling menutupi, saling pengertian, saling memberi kasih sayang, dan saling sayang selama ini. Meskipun kenyataan saat ini kamu harus menikah dengan orang lain yang sudah menjadi jodoh kamu, aku akan berusaha menerima dan memahami jalan pikiran kamu. Sakit memang, tapi ini mungkin jalan yang terbaik buat kamu, bukan buat kita. Seandainya aku bisa memutar waktu, aq gak mau bertemu denganmu dan tidak mau mengenalmu, tapi tuhan berkehendak lain, kita dipertemukan untuk kemudian dipisahkan kembali. Jalan yang menurut kamu yang terbaik.

Jujur waktu kamu bilang mau married tahun depan, aq langsung terdiam dan ingin menangis, terlebih lagi kamu gak mengasih aq waktu untuk ketemu dan mengucapkan salam perpisahan secara langsung. Apa semudah itu kamu melupakan semuanya? Apa kenangan yang selama ini kita torehkan tak berarti apa-apa buat kamu? Sampai kamu tega melihat aq sengsara, meratapi nasib ditinggal kekasihnya yang selama ini di cintainya menikah dengan orang lain?

Satu pesanku buat kamu siska, jangan lakukan hal yang sama dengan pria lain, cukup aku yang kau perbuat seperti ini, aku tau kamu nikah bukan atas kehendak kamu sendiri, tapi berusahalah mencintainya. Mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi, entah kapan dan sebagai apa. (Minggu 27 Jun. 10)

KEJAMNYA RENTENIR

Ini kejadian nyata yang aq lihat dan saksikan sendiri hari ini (minggu, 27 juni 2010). Saat itu aq baru aja selesai mandi dan pengen cari makan keluar, maklum lah..., hidup di balikpapan sendirian, tiap jam makan harus pergi keluar untuk makan. Seperti biasa setelah selesai makan aq bercengkrama dulu sebentar dengan teman-teman di stand Ojek di simpangan jalan depan Telkom area balikpapan, setelah dirasa cukup berceritanya aq langsung balik ke kost untuk isirahat, namun betapa terkejutnya aq ketika sampai di kost yang kebetulan berada di lantai dua, terdengan sayup-sayup suara orang sedang bercertia dengan nada yang sedikit agak tinggi, penasaran sich.. tapi aq gak mau nyampurin urusan orang laen..., maen laptop lagi deh..., hingga pada suatu titik suara itu menyebut kata “pegadaian”. Sontak aq terkejut dan penasaran, akhirnya dengan perlahan berjalan ke arah jendela dan mengintip apa yang sebenarnya terjadi..., dan betapa terkejutnya aq ketika salah satu dari ibu-ibu itu ada yang menangis dan memohon agar diberi waktu untuk melunasi hutang-hutangnya...., dan tanpa ada rasa kasihan, si rentenir (yang juga perempuan) tidak mempedulikan ibu-ibu itu dan langsung nelpon kedua bodyguardnya untuk segera datang dan mengangkut 1 unit televisi yang dari tadi dibicarakan. Ibu itu sontak langsung menangis dan bersujud dikaki rentenir itu.

Singkat cerita, kedua bodyguard itu datang dan langsung mengangkat televisi tu dan pergi meninggalkan ibu-ibu yang tengah meratapi nasibnya sambil memeluk anak balitanya yang juga ikut menangis.

Ada satu yang membuat aq gak habis fikir dengan tindakan yang baru saja dilakukan oleh rentenir itu, seberapa besar sich hutang si ibu itu hingga dia tega untuk membiarkan ibu-ibu itu menangis dan meratapi nasibnya, apakan sudah tidak ada lagi belas kasihan yang dimiliki oleh rentenir itu. Disiru aq bingung untuk memposisikan diri seperti apa..., disisi lain aq gak punya kewenangan untuk mencampuri urusan orang lain, namun disisi lain hati kecilku berkata dan pengen memberontak. Yapi aq gak punya kekuasaan apa-apa, tak ada tindakan yang bisa aq lakukan selain terdiam dan terus terdiam. Mudah-mudahan si ibu itu di beri ketabahan dan sang rentenir itu diberi kesempatan untuk merasakan apa yang telah ia perbuat dengan ibu-ibu tua itu, seandainya saja posisi mereka di balik, apa yang akan dilakukan si rentenir itu, ketika dalam keadaan tidak berdaya harta mereka harus diambil untuk melunasi bunga ataupun hutang yang sudah jatuh tempo.

TIPS PACARAN JARAK JAUH

Haiii......,, Buat para pasangan yang lagi LOSE, alias jombLO Sementara. Ini dia tips buat kamu biar gak ngerasa bete, atau mungkin kepikiran terus ma pacar yang nun jauh disana.

1. Cari kesibukan

Kita berpisah tentu ada alasannya, entah buat kuliah di luar negeri, kerja, atau mungkin pulang kampung ke planetnya. Nah, itu semua bakal jadi hari-hari yang ngebosenin buat loe kalo seandainya yang ada di pikiran loe2 Cuma Do’i mulu..., So.. carilah kesibukan yang bisa membuat kamu melupakan dia untuk sementara waktu setidaknya sampai kamu kembali.

2. Komunikasi yang intens

Sekarang kan banyak tuh media komunikasi yang bisa digunakan, telpon, sms, email, chating, Video call, pokoknya banyak lah...., nah buat kamu yang mungkin gak punya kesibukan, trus kangen ma pacarnya ya udah hubungi aja, setidaknya bisa mengobati kangen kamu untuk beberapa waktu deh.

3. Ngelaba alias cari pacar lagi (selingkuh)

Ini cara yang paling sering saya gunakan dan paling jitu untuk mengatasi rasa kangen dalam berhubungan jarak jauh, kita cari aja pacar baru ditempat yang baru. Kan aman tuh, kalo kita menyimpan rahasia baek2, gak bakal ketahuan deh..., pengalaman nich. Ada tuh pepatah yang bilang, serapi apapun kamu menyimpan bangkai, pasti suatu saat bakal ketahuan juga. Tapi kalo tu bangkai kita tarus dalam brangkas kedap udara lapis lima, kuncinya ditelan, masukin karung, iket pake tali rafia, trus dikubur di bawah rumah di Corr pake beton plus ditambah keramik. Siapa yang bakal nyium baunya???? Kalo ada yang masih nyium juga..., ada dua kemungkinan, kalo gak tu orang ada kerusakan indera penciuman, pasti orang gak waras. Jadi antar aja ke spesialis Hidung atau Rumah sakit jiwa sekalian.

4. Break sementara

Tips yang ini khusus buat orang yang gak tega menduakan pasangannya...., jadi daripada di selingkuhin, lebih baek break aja dulu, trus cari pacar lagi deh, kalo balik ke tempat asalnya, sambung lagi deh. Ribet amat...,

BAYANGAN MASA LALU Part I

Waktu itu aq masih inget banget, sekitar jam sepuluh pagi, kepala sekolah datang dengan membawa dua orang siswa baru dan memperkenalkannya didepan kami, ternyata dia adalah adik kakak yang bau pindah dari desa sebelah, sebut saja namanya RK dan MUL. Mul seorang wanita yang sangat manis, sedangkan kakaknya pria yang memiliki postur tinggi besar. Satu persatu mereka memperkenaklan diri di depan kelas, dan tiba akhirnya mereka mengambil posisi untuk duduk, Mul duduk di sebelh aq dan kakaknya di belakang bersama dengan Agus. Entah mengapa pertama kali aq ngeliat yang namanya mul, hatiku semakin gak jelas, padahal saat itu aq masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar.

Benih-benih cinta itu kian hari semakin memuncak, hampir tiap hari kami main bareng, mandi di sungai, bermain di pantai depan rumah, pokoknya kami selalu bersama-sama. Hingga akhirnya tiba saat pengumuman kelulusan SD dan kami semua lulus dengan nilai yang lumayan bagus untuk ukuran sekolah dasar yang ada di daerah pesisir. Tragisnya lagi, ketika acara pengumuman selesai dan aku pun pulang ke rumah, berita yang tidak aku inginkan diucapkan oleh OrangtuaQ. Kita semua akan pindah ke kota dan melanjutkan Sekolah SMP disana.....!@#$%^&*(

Hatiku seakan berhenti berdetak, terbayang di fikiranku bahwa takkan ada lagi mul disisiku, jarak akan sulit untuk mempersatukan kami, meskipun saat itu kami belum memiliki hubungan apa-apa. Tak ada perpisahan, tak ada kata-kata sayang yang aku ucapkan sebelum berpisah, dengan langkah berat aq masuk mobil dan bertolak ke kota. 12 jam perjalanan tak terasa bagiku, karena memang aku gak pengen pergi kekota. Bagiku saat itu yang ada dihatiku Cuma mul, mul dan mul. Meskipun demikian aq juga gak mau mengecewakan kedua orangtua yang sudah bela-bela’n buat pindah kekota untuk menyekolahkan aku agar dapat di andalkan kelak saat adik-adikku mulai beranjak dewasa.

Waktu demi waktu berlalu begitu saja, pikiran silih berganti mengisi otakku, namun satu yang takkan pernah luntur dan selalu menghiasi relung jiwaku, yaitu MUL. Lulus SMP dengan hasil yang memuaskan membuat pengharapan orang tua terhadapku semakin tinggi, hingga sekolah yang menjadi sasaran untuk aku menuntut ilmu juga disesuaikan, Sekolah menengah kejuruan yang memiliki standarisasi yang tinggi aku masuki..., dan ternyata apa yang orang tua aq sarankan tidak sia-sia. Kebiasaan dari dulu ketika seorang anak yang telah menempuh pendidikan SMP di desa, maka salah satu jalan untuk melanjutkan study yaitu harus ke kota dan sekolah disana, dan ternyata demikian pula teman teman waktu SD yang juga ikut melanjutkan sekolah ke kota. Ketika pendaftaran, hal yang aq tunggu-tunggu tiba, aq melihat sosok wanita tinggi, putih, cantik tengan ikut dalam antrian, yach..., dia adalah Mul, wanita yang selama 3 tahun belakangan ini ada dalam pikiranQ. Panta panjang lebar aq langsung menghampiri dan menyapanya, tak ada yang berubah, masih sama seperti yang dulu, dia juga tak lupa denganku. Tapi kebahagiaan itu hanya sesaat aq rasakan, ketika waktu pengumuman hasil seleksi, namaku tercantum di urutan paling atas, sedangkan nama Mul tak ada di deretan siswa yang lolos seleksi. SIAAAAAAAAAAALLLLLLLLLL........., aq menghampiri mul dan bertanya apa yang akan dia lakukan selanjutnya.. dengan wajah pasrah dia bilang ingin pulang ke desa dan stay disana untuk waktu yang tak tentu, betapa sedihnya hatiku saat itu. Aq gak punya kuasa untuk menahan kepulangannya..., dan hari-hariku kembali redup seperti 3 tahun belakangan.

SAHABAT JADI MUSUH


Ketika seorang sahabat sudah menilai lain terhadap apa yang dia saksikan dengan mata kepala mereka sendiri tanpa menimbangkan masukan dan komentar dari orang lain, itu yang akan menyebabkan malapetaka besar dan mengakibatkan hancurnya hubungan persahabatan yang sudah terjalin dengan baik selama ini. Dan bukan sahabat namanya jika tidak mau mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh sahabatnya dan tetap menjustifikasi sahabatnya.

Itu yang sering gue alami selama ini, persahabatan kandas akibat ego sesaat yang tak bisa dikendalikan dan berfikir pakai akal sehat. Ketika seorang sahabatku befikir bahwa akulah penyebab hancurnya hubungan dia dengan kekasihnya, dan menganggap aku telah menusuk dia dari belakang, emank loe pikir Betina Cuma dia doank, najizzz banget dah....

Maaf mungkin kata-kataku terlalu kasar, tapi ini adlah ungkapan hatiku selama ini yang selalu terpojokkan dan selalu menjadi kambing hitam saat ada masalah yang serius, gak masalah bagiku..., tapi kalo dah keterlaluan.. ya apa boleh buat. Jadi intinya gini, aku gak berbuat seperti apa yang dia tuduhkan kepadaku, tapi dia terus saja menuduhku, sakit hati banget kan??? Nah...., SEKARANG.. daripada aq dituduh yang nggak2 terus, lebih baik aq melakukan apa yang dia tuduhkan, jadi impas kan....., aku baik, dia bilang Buruk, mending aq buat buruk sekalian.

Buat seseorang diluar sana, Please yach....!! jangan buat aq jadi berbuat diluar batas, masih mending aq gak bertindak yang macam-macam. Kita hidup mestinya saling berdampingan, kita buat pondasi yang kuat dan kokoh, buat ..... kita dikenal oleh banyak orang. Tapi dengan ketulusan dalam bekerja, pengabdian, dan rasa saling memiliki, bukan saling menjatuhkan seperti yang selama ini kau tuduhkan padaku. Aq masih punya harga diri, dan aq gak mau harga diriQ di injak-injak oleh KALIAN.